Bermula dari sentilan para
member BAW membuat saya kembali lagi blogging. Ah, semoga niat ini
dikonsistenkan. Amin....
Hmm, kali ini saya ingin
berkisah tentang kajian Ustad Salim Al-Fillah di auditorium STIS minggu
kemarin. Temanya cukup unik, 'Indahnya berhijrah dalam dekapan ukhuwah'.
Pesertanya pun lumayan banyak. Bukan cuma mahasiswa yang jadi pesertanya. Kami,
anak STIS angkatan 50 atau 51 yang sudah didepak dari kampus karena udah lulus
pun malah mengambil duduk terdepan. Hihi, terdepan dalam prestasi katanya. Ah,
daripada kelamaan muqadimmah, mari kita lanjut ke isi materi. Check it out gan
!
...
Hijrah itu selalu berhubungan dengan niat dan ada perencanaan di dalamnya. Hijrah itu selalu berhubungan dengan pengorbanan. Ada sesuatu yang harus ditanggalkan untuk berhijrah. Ingatkah cerita ibrahim dan hajar? Ada yang harus ditanggalkan oleh Hajar ketika ia diuji sewaktu ditinggal oleh nabi Ibrahim.
...
Hijrah itu selalu berhubungan dengan niat dan ada perencanaan di dalamnya. Hijrah itu selalu berhubungan dengan pengorbanan. Ada sesuatu yang harus ditanggalkan untuk berhijrah. Ingatkah cerita ibrahim dan hajar? Ada yang harus ditanggalkan oleh Hajar ketika ia diuji sewaktu ditinggal oleh nabi Ibrahim.
Ketika berhijrah kita harus bertawakal dan biarkan Allah memberi kejutan rizki dari
hal yang tak terduga-duga. Dan terserah Allah menaruh rizki itu dimana.
Contohnya kisah Hajar. Walaupun beliau bolak balik dari Safa dan Marwa untuk
mencari air untuk bayi Ismail yang kehausan, tetapi ternyata rizki itu malah
timbul dari kakinya Ismail. Mungkin kalau kita menjadi seorang Hajar kita pasti
akan berkata sambil meringis, "Lho kok ndak dari tadi wae munculnya ya
Allah...?".
Dan Allah akan menunjukkan maghonimu sa'ah, yaitu bagaimana luas dan lapangnya
rizki Allah. Jadi bagi teman-teman STIS yang penempatan di berbagai penjuru
dunia. Jangan putus asa ya teman, rizki Allah ada dimana-mana :)
Rizki itu bukan soal memiliki tetapi masalah menikmatinya. Dan hijrah itu
berat, seberat kita meyakini keridhoaan Allah. Ingat kisah suhaib bin aruni?
Sahabat nabi yang menjual semua hartanya di makkah hanya untuk mencari
keridhoan Allah dan menemui rasulullah di madinah. Ketika hendak berhijrah, ia
dicekal oleh para kaum Quraish.
"Hei, Suhaib. Kemana kau
hendak pergi? Ingatkah kau dulu, kau datang ke kota ini dengan tidak membawa
apa-apa. Dan kini kau menjadi kaya raya di kota ini. Lantas enak saja kau pergi
berhijrah mengikuti Muhammad", ujar kaum Quraish (*redaksi obrollan q ya
gan)
"Jika memang begitu. Saya
tinggalkan seluruh harta saya dan jaminkanlah keamanan untuk saya berhijrah ke
madinah".
Dan kemudian jadilah Suhaib
pergi dari kota makkah tanpa membawa apa-apa. Bajunya compang-camping. Beberapa
hari ia lalui tanpa membawa bekal menuju kota Madinah.
Sesampainya di Madinah, cibiran pun kembali datang menyapanya. Para penduduk kota Madinah menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata,"Bangkrut kau Suhaib! Bangkrut sudah kau Suhaib!".
Tetapi seketika itu pula rasul datang. Kemudian ia memeluk Suhaib yang masih kelelahan dengan perjalanan yang panjang. Pelukan nabi membuat rasa lelah dan sedih itu hilang. Rasul pun tersenyum dengan wajah yang berbinar dan berujar,"Sungguh untung kau Suhaib. Sungguh itu adalah jual beli yang menguntungkan". Ya, setiap orang tidak sadar. Sebenarnya seluruh harta yang Suhaib infakkan di jalanNya akan dilipatgandakan oleh Allah. Dan siapa yang merugi jika jual beli itu dilakukan dengan Allah, sang Maha Kaya dan Maha Pemurah. Dan sekali lagi, itulah ukhuwah. Karena ukhuwah membuat hijrah itu menjadi ringan.
Sesampainya di Madinah, cibiran pun kembali datang menyapanya. Para penduduk kota Madinah menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata,"Bangkrut kau Suhaib! Bangkrut sudah kau Suhaib!".
Tetapi seketika itu pula rasul datang. Kemudian ia memeluk Suhaib yang masih kelelahan dengan perjalanan yang panjang. Pelukan nabi membuat rasa lelah dan sedih itu hilang. Rasul pun tersenyum dengan wajah yang berbinar dan berujar,"Sungguh untung kau Suhaib. Sungguh itu adalah jual beli yang menguntungkan". Ya, setiap orang tidak sadar. Sebenarnya seluruh harta yang Suhaib infakkan di jalanNya akan dilipatgandakan oleh Allah. Dan siapa yang merugi jika jual beli itu dilakukan dengan Allah, sang Maha Kaya dan Maha Pemurah. Dan sekali lagi, itulah ukhuwah. Karena ukhuwah membuat hijrah itu menjadi ringan.
Sahabat ini sangat hebat
memang. Semua fasilitas ia tanggalkan untuk berhijrah. Dan pada kenyataannya
memang kita sering gagal dalam berjuang karena terlena dengan fasilitas. Maka
kenapa tidak berhijrah? Berat? Iya memang. Tapi kau tahu, hijrah itu akan
menjadi ringan dengan dekapan ukhuwah itu walaupun tanpa fasilitas. Saya teringat
dengan sebuah filsafat di cina yang berujar seperti ini 'Kalau mau pergi cepet
pergilah sndiri. Kalau mau pergi jauh pergilah brsama-sama. Kalau mau mencapai
tujuan, pilihlah pmimpin.'.
Lantas, bagaimana jika ukhuwah
itu dlakukan tanpa diiringi cinta pada Allah? Waduh, kalau begini tentu
akhirnya adalah penyesalan. Karena jika bukan karena Allah, 'fillah' tentu
hanya gumpalan-gumpalan penyesalan yang timbul dalam dada.
Ada sebuah cerita tentang
persahabatan Utbah dan Ubay. Dua orang yang selalu berazam untuk bersama. Dan
karena dekatnya sampai-sampai mereka menikahi istri yang beradik kakak agar
menjadi bisa menjalin ukhuwah yang lebih erat. Satu hari Utbah melewati Ka'bah.
Dan tanpa disengaja ia pun mendengar surat thaha yg dibacakan rasul. Sungguh ia
takjub mendengarnya. Bahkan sempat terbesit di hatinya untuk masuk islam.
Tetapi disaat itu pula ia teringat dengan wajah Ubay. Ia ingin mengajak Ubay
agar bisa bersama masuk islam. Tapi bagaimana jawaban Ubay mendengar ajakan
temannya ini?
Ubay berkata dengan raut muka
yang masam," Sunguh kau Utbah telah termakan sihir Muhammad. Aku haramkan
wajahku kepadamu, Utbah". Utbah yang melihat jawaban Ubay merunduk. Ia tak
mau teman yang begitu ia cintai menjauhinya. Dan akhirnya untuk membuktikan
kecintaanya pada Ubay ia ambil tumpukan kotoran sapi. Lalu dengan tanpa rasa
kasihan, ia taruh kotoran sapi itu dipunggung nabi. Astagfirullah....
Itulah ukhuwah. Sesuatu yang
timbul karena cinta. Tapi cinta ini salah. Cinta yang tidak berujung pada
'fillah' hanya akan membawa penyesalan. Sungguh Allah benar-benar tidak
menyukai ukhuwah yang seperti ini. Ada azab yang sepertinya menanti untuk
ukhuwah yang seperti ini. Berhijrah dengan ukhuwah untuk mengharapkan ridho
Allah, itulah yang seharusnya.